Selasa, 26 Maret 2013

Sabtu, 25-8-12

Mbak ila : “kamu di sini tu gak tak suruh kerja! Anak cewek kok gak punya respect!” (akhir Juni 2012 sebelum aku ke Jakarta)
Sebenernya sih aku diam saja waktu itu, tapi…. Ini Cuma imajinasi, missal aku membanah, akan jadi seperti ini 
Aku:
Tenan ta gak disuruh kerja??????? Terus apa maksudnya aku suruh beres-beres rumah, nyapu, nyuci, kadang masak, cuci pring, kadang ngepel, momong Sasa sama Denis???????? Itu maksudnya pa?
Mbak ila : lha kamu di sini bantu aku, kayak gitu bukan kerja, itubantu. Baru kayak gitu aja kamu bilang kerja!
Aku :

Oke! Menurutmu itu bantu ya?! Menurut ku itu kerja. Memang kata membantu itu lebih halus atau dimintai tolong itu juga lebih halus. Tapi dari mana kamu bisa bilang itu bantu? Dari segi apa? Atas dasar apa? Kalau tiap kali kamu manggil aku, bahkan dari bangun tidur sampai aku tidur lagi, tiap kali ada kesempatan, dan lagi kalai aku di sini Cuma untuk bantu-bantu terus kenapa bapak bilang “Dek, kamu di sana itu bantu mbak ila, jangan sampai bikin mbak ila marah, POKOKE NURUT AE OPO JERE MBAK IA, kalau pagi langsung bangun awal, beres-beres rumah, nyapu, nyiapin makan Sasa Deniz! Apa maksudnya? Itu masih dibilang bantu?! Itu suatu perintah yang HARUS aku lakukan di sini… kalau kamu bilang aku harus menganggap rumah ini seperti rumah sendiri, TENTU saja tidak bisa, karena di sini aku numpang, bapak sendiri yang bilang kalau aku di sini tuh numpang dan kalau numpang musti bantu-bantu orang yang ditumangi… giana aku bisa anggap rumah ini rumahku sendiri… toh kalau aku dirumah sendiri aku tidak perlu, tiap bangun tidur nyapu, masak, atau melakuka semua hal itu… tahu gak bedanya di sini sama di rumah??? Di sini, aku harus menahanuntuk memakan semua makanan karena masih ada Sasa yang mungkin ingin makan, kalau ada ayam sama krupuk, aku akan pilih krupuk, kalau ada ayam sama telur, aku lebih pilih ak makan! Tapi kalau di rumah aku bisa makan sesukaku… kalau di sini, bangun tidur, KERJA, di rumah, aku bisa menggeliat di depan tivi karena kedinginan, bersantai dengerin radio, dan lain-lain… di sini aku harus gati baju di kamar mandi, di rumah aku bisa keluar kamar mandi dengan pakai handuk… di sini aku harus memekai headset buat dengerin lagu, di rumah aku bisa saja pakai sound dan berteriak-teriak… di sini aku harus bersikap sopan tepatnya berpura-pura bersikap sopan, di rumah aku bisa saja melakukan semua hal… dan entah apa lagi… bahwa kenyataannya ini bukan rumahku sendiri dan aku Cuma numang di sini dan orang numpang harus MEMBANTU orang yang ditumpangi… apa makna membantu masih bermakna sebernarnya yaitu ‘membantu’??? atau berubah jadi KERJA????? HA?????
Aku muak ada di sini, aku bosan ada di sini, dan aku benar-benar ingin pergi dari sini.
Lalu kamu bilang aku gak punya respect?? Apa maksudmu?? Tengok bali bagaimana caraku tumbuh sampai sekarang… didikan otoriter, bentakan dari mbak Dewi, ke TIDAK KENALan aku sama kamu, dan sedikit kebebasan dari bapak! Biar kujelaskan satu-satu bagaimana aku punya sifat PENURUT yang artinya tidak bisa melakukan sesuatu kaau belum diperintah! Ingat arti PENURUT ini! Didikan otoriter, bagaimana tidak, sejak kecil ibu menyuruhku begini begitu, oke, aku masih kecil, masih balita, masih SD, tapi MTs aku sudah mulai mengerti, ibu menyuruhku begini begitu dnegan embel-embel orang tua lebih berpengalaman. NURUTO!! Apa yang bisa kulakukan kalau gak nurut?! Didikan otoriter, ibu menjelaskan suatu hal dan menohokku dengan pilihannya sebelum aku menjelaskan lebih lanjut apa maksudnku… ibu menyuruhku sekolah, tidak kembali, tidak kembali ke sekolah meskipun Cuma main-main ke sana setelah lulus, kuliah, dan tinggal di Jojga dengan berbagai peraturan beliau.
Bentakan dari mbak Dewi… tahu sendiri kalau mbak Dewi orangnya gampang meledak, judes, dan aku selalu dimarahinya sejak kecil, disuruh-suruhnya, dibentak-bentakinya… apa yang bisa dilakukan anak kecil ini dulu, tentu saja sikapku sejak kecil kebawa sampai sekarang…
keTIDAK KENALan aku sama kamu… bagaimana aku mau kenal kamu, mbak???!!! Kta selisih 12 tahun. Aku lahir kamu sudah di MTs, di pondok, aku MTs kamu sudah nikah! Kapan kita ketemu kalau bukan waktu aku masih kecil?? Tapi apa sih yang bisa dipikirin anak kecil selain  bermain, dia masih belum ngerti keluarga… pas aku udah gedhe, kamu udah punya anak dan tinggal di sini… kita gak pernah kenal lebih dari TAU “oh, ini lho kakak kandung ku, oh ini lho adik ku” eh sekarang aku tinggal di rumah saudara jauh ku ini.
Sedikit kebebasan dari bapak… bapak pun Cuma temapat aku cerita saat jenuh… bapak tidak banyak bicara, bapak ak ngrespon apa yang kuceritakan, dan aku juga gak nyeritain masalah keluarga ini, memangnya bapak mau bela aku ta?? Dari pada aku sakit hati lebih parah, mending gak ku certain ke bapak, bapak Cuma diam, gak banyak ngomong meskipun nyenengin tapi tetap aja, apa-apa selalu atas dasar rundingan bersama dan sepertinya ibu ebih menang dari pada bapak dan ibu juga mendengarkan apa kata anak pertamanya itu.
Kalau setelah ini kamu bilang aku gak ngerti apa yang sebenarnya terjadi di keluarga kita dan aku masih anak-anak dan aku sok bijak atau yang lainnya, aku rasa kamu salah, karenaceritaku, Mbak Dewi dan kamu tu beda-beda. Aku 6 tahun jadi anak tunggal hidup di rumah dengan bapak ibu, mendengarkan keluh kesah bapak ibu, tentang kamu dan Mbak Dewi, seolah aku siap mendengarnya… aku tahu bagaimana ibu bangun tidur dan tidur lagi, aku tahu bagaimana ibu curhat sama lek Kun, aku tahu bagaimana planning-planing ibu membangun rumah, membuat acara nikahan, membangun took, jualan, dan mengurus anak! Aku tahu keuangan keluarga, ada berapa receh di ATM, berapa uang yang dikeluarkan untuk beli ini itu, berapa utang ibu bapak, berapa gaji, berapa ibu mengeluarkan uang untukku hidup! Aku tahu jatuhnya ibu pas stroke dulu, bagaimana ibu ada di rumah sakit, bagaimana ibu tidak bisa jalan dan aku terus menemaninya saan lebaran samapai aku gak ikut ke Tulung Agung, aku tahu bagaimana ibu dan bapak saling diam-diam karena sama-sama tiak mau mengalah, aku tahu perasaan benci ibu ke bapak dan bapak ke ibu, aku tahu hal-hal tentang aku yang sebenarnya mereka sembunyikan… mana lagi???
Dipikirnya siap ta aku dapat semua itu??? Yang bisa kuakukan selain menurut apa lagi?? Karena semua cerita itu menyedihkan, kalau aku membantah, aku harus berpikir ulang melihat semua keadaan tadi… dan lagi searang ibu selalu membocarakan uang semenjak aku gilangin uang 3 juta dan ibu stroke itu… sejak itu yang ada di otak ibu Cuma uang!!
Muak aku dengan semua ini!! Sekarang aku dipenjara di sini setelah sekian lama batinku dipenjara…
Tahu gak sih kalau beban anak terkahir itu lebih sulit dari anak pertama, mungkin anak pertama diberi tugas anya satu, member contoh adik-adiknya, bicarakan saja tentag keberhasilan dan sekarang kamu dsudah berhasil member contoh bagaimana kamu mendapat kursi terdepan saat wisuda, bagaimana kamu merangkak untuk mencari kerja dan jodoh, dan entah apa lagi, jujur saja ibu membanggakan kecerdasanmu itu di depan aku yang bodoh… tapi aku gak pernak tahu tu semua selain Cuma sekedar cerita… anak terkahir, HAH!! Pernah dengar gak sih ibu bilang “Mbak ila itu sudah di swasta, mbak Dewi juga swasta, bagaimanapun ibu pengen anaknya di negri” atau “Mbak ila itu dijodohin sama anak ini begini begitu gak mau, Mbak Dewi juga gak mau, eh anak e ibu kok gak kayak anak-anaknya orang lain ya yang dijodohin langsung mau aja” atau “Mbak ila itu udah nikah tapi kadang masih ak kirimi uang, yang Mbak Dewi itu borose keterlaluan, udah kuliah gak selse-selse, main aja, kamu jangan gitu ya dek, POKOKE KAMU KULIAH YANG SERIUS, CARI SUAMI YANG BAGUS, KAYAK YANG DIPINGIN IBU BAPAK, wes!
Itu beban anak terakhir, JADI HARAPAN TERAKHIR ORANG TUA kamu pikir aku gak mikirin itu semua HA???? Aku ngerti sebelum waktunya, gak salah kalau aku punya sifat kayak gini PENURUT dan pendiam, lagi pula kalian, KALIAN, selalu mengatakan atau lebih tepatnya mengembel-embeli aku dengan julukan lugu, gak ngerti apa-apa, masih anak kecil, atau lebih kasar lagi ‘bodoh’… sebenarnya kalian yang seperti itu, julukan pada anak itu sangat mempengaruhi bagaimana anak bersikap! Dan aku merasa seperti itu karena kalian selalu mengatakan itu… DAN LAGI memangnya apa yang bisa dilakukan anak terkahir ini? Kalau aku bantah, kalian bilang aku durhaka…
Jadi apa yang bisa kulakukan??? Serba salah kan!!!
Mbak ila : (mungkin nangis)
Aku : nangiso aku dah capek nangis, nahan!mbak ila : terus pengen mu apa?
Aku :
Aku pengen nglakuin apa yang aku pengen lakuin tanpa kalian banyak icara, cukup mengiyakan dan berpura-pura aku tidak pernah mengatakan ini semua, bersikaplah seolah kalian sejak dulu membebaskanku!!
Aku ngrasa dipenjara dari dulu
Aku pengen ngekos karena kita gak cocok, mbak ila terlalu dewasa buat anak lugu, bodoh, dan gak ngerti apa-apa ini, anak yang gampang ditipu dan dibodohi, dan anak yang gak punya respect ini… mbak ila terlalu dewasa untuk dia sehingga kalau dia bicara, mbak ila tetep menang!
Tapi aku yakin, kamu gak ngijinin aku ngekos karena masalah kemarin, hah… yaaa… aku masih ingat masalah hari itu… asal tahu saja, mungkin di luar sana aku lebih buruk dari yang kemarin karena dasarya aku tidak pernah tahu tentang hal itu dan bagaimana aku tahu, aku dipenjara, singkat kata seperti itu…
Aku bukan pemain kandang, aku diam di keluarga ini, tapi kalian gak tahu kan gimana aku aku di luar sana??? Aku lebih dari diam, aku bicara, dipercaya, dan punya banyak teman, punya banyak kenalan, mereka menganggapku manja tapi DEWASA. Merek baik padaku, friendly, mendengarkanku bicara, menolak dengan santai dan yaaaa baik padaku… saying sekali, pas aku masuk di keluarga ini, apa yang kukatakan adalah hal bodoh, tidak penting, masih kanak-kanak, itu pemikiran anak lugu dan tidak tahu apa-apa… KALIAN SALAH! Smpah deh kalian beda banget sama orang-orang di luar sana yang ternyata lebih tahu aku dari pada keluargaku sendiri, lebih banyak bicara padaku dan menasehatiku yan membentukkku menjadi kerakter baru… tapi tetap saja ketika aku masuk di keluarga ini aku Cuma bisa diam dan menurut… diam karena sepertinya percuma saja kalau aku bicara, menurut, karena aku MENGHORMATI yang lebih tua dari pada aku!
Kalian gak kenal aku… kalian Tanya aku ikut organisasi buat apa, ku jawab sebagai latihan untuk hidup di masarakat dan bisa bicara, lalu kalian Tanya lagi mana buktinya toh di rumah aku tetap diam saja… HAHAHAHA kalian lucu… ingat-ingat lagi apa yang ku katakan…
Aku udah bilang aku ada rapat, aku ada kejuaraan, aku ada latihan, aku ada proker yang arus dikerjakan, aku ada agenda kumpul-kumpul, aku ada refreshing bareng, dan aku jadi pengurus, aku jadi UNIT UASAHA, dan aku jadi bendahara… bukankah aku tidak mungkin bisa seperrti itu kalau aku tidak bicara??!! Jadi aku bisa seperi itu karena aku di luar sana bicara, aku di luar dengan aku di rumah itu beda… kalian gak tahu itu kan… lalu sebelah mana kepercayaan kalian padaku?? Kalian Cuma menganggap itu semua lucu kan??!! Padahal aku melakukan itu semua karena mereka memilihku, mereka percaya padaku… lalu sebelah mana kalian menempatknku setinggi itu kecuali pada cerita-cerita yang kalian ceritakan pada orang lain… dengan embel-embel “anak sendiri/saudara sendiri gak mungkin dijelek-jelekin “
Haduuuuhhh plis deh… betapa aku sangat bodoh di keluarga ini.
Sedikit cerita, Katin lebih tahu aku dari pada kalian… dia yang setia dengar semua caci maki ku sama hidup, enta kaena gak ada yang bisa kulempari curhatan atau memang dia setia mau dengar dengan tulus…
Mbak ila : terus kenapa kamu gak bilang? Gak bicara?
Aku :
1.    Kalian menohokku sebelum aku bicara
2.    Memaksaku, membantahku
3.    Menganggap aku masih lugu, bodoh, tidak mengerti apa-apa, gampang dibodohi
4.    Dengan alasan itu, percuma aku bicara
Jadi katakana, seberapa jauh kalian kenal aku????????????????????????????????????????????????????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar